share & info

Minggu, 10 Januari 2010

Contoh Kasus: Integrasi di Bidang Akademik (di Perguruan Tinggi)

Enterprise Computing: Integrasi Sistem-Sistem Informasi


Definisi

Sering direpresentasikan dengan Sistem Informasi Enterprise (SIE)
Kumpulan sistem-sistem informasi yang terintegrasi dan bertujuan mendukung kegiatan-kegiatan institusi sebagai sebuah enterprise
Contoh: Enterprise Resource Planning (ERP), sistem-sistem legacy, sistem-sistem transaksional
Ciri: tingkat keterpaduan (integrasi) yang tinggi untuk mengakomodasi kebutuhan data/informasi yang terpadu pula

Pelanggan dan pemakai melihat layanan sebagai satu entitas yang utuh (tidak dapat dipisahkan/dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil)
Pemakai tidak akan melihat prosedur, langkah, komponen, dan detil implementasi di balik sebuah layanan
Pemakai tidak bisa menoleransi “keberhasilan parsial” (diimplementasikan secara parsial, atau dilaksanakan dengan hasil yang tidak memuaskan) dari sebuah layanan
Pemakai mengasosiasikan sebuah layanan terhadap keseluruhan organisasi (kantor, perusahaan, dsb)
Contoh: seorang petugas layanan pelanggan benar-benar merepresentasikan organisasi tempat dia bekerja
Contoh-contoh sebelumnya menunjukkan bahwa tidak cukup hanya memiliki sistem-sistem informasi di bagian-bagian dari kantor atau perusahaan
Muncul jenis kebutuhan baru terhadap ketersediaan data/informasi
Terpadu
Berlaku di seluruh organisasi (kantor, perusahaan, dsb)


Motivasi untuk Integrasi

Di sebuah toko …
Seorang pelanggan memesan barang secara manual. Pesanan ini dicatat, kemudian diproses secara manual pula dari satu bagian ke bagian yang lain. Data pesanan dientry setiap kali berpindah ke bagian lain, menimbulkan problem antara lain adalah kesalahan entry data, atau bahkan hilang di tengah perjalanan. Sering kali pesanan ini tertunda pemenuhannya.
Di sebuah kantor pemerintah …
Seorang warga memerlukan layanan yang harus ditempuh dalam beberapa tahap, melalui beberapa bagian. Idealnya, warga dapat melacak sejauh mana proses layanannya sudah berjalan, tetapi pada umumnya jawaban yang didapat bersifat negatif (mis: tidak tahu sekarang prosesnya sedang berada di mana)



Penjelasannya :
Sistem di atas adalah sistem rawat inap,jika
anda ingin melakukan rawat inap maka harus
melakukan proses atau prosedur yang telah
dibuat oleh sistem.
Yang pertama anda lakukan adalah datang ke bagian
Receptionis,lalu minta formulir pendaftaran jika anda sudah selesai
silahkan melakukan registrasy ulang untuk memastikan anda sudah
terdaftar setelah itu anda datang ke bagian adminstrasi dan
melakukan pembayaran di kasir anda akan mendapatkan kuitansi
pembayaran lalu pihak rumah sakit akan melakukan pengecekan
kamaryang di minta setelah itu anda baru bisa di rawat, jika anda
belummelakukan pembayaran otomatis anda tidak akan
mendapatkan kuitansi maka pihak rumah sakit pun belum dapat
melakukan pengecekan kamar anda minta dan anda belum bisa
dirawat di rumah sakit tersebut
Dari penjelasan diatas sudah terlihat bahwa sistem tersebut bisa di katakan sistem integrasi karena adanya keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya, jika dalam bagian tertentu tidak melakukan pekerjaanya dengan benar maka dengan sendirinya bagian lain juga tidak akan bisa melakukan action sebagaimana mestinya..

SISTEM INTEGRASI DATA BASE APOTIK



Data integrity :
Suatu kondisi dimana semua nilai data yang dimasukkan/disimpan ke dalam database sudah sesuai dengan aturan yang ditetapkan untuk data tersebut.
Jika data yang dimasukkan/disimpan ke database tidak sesuai, maka dapat dikatakan bahwa database telah kehilangan data integrity.

Integrasi Ternak Sapi dengan Kelapa Sawit

Petani di pedesaan umumnya memiliki jenis usaha yang beragam di bidang pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari pengamatan lapangan terlihat bahwa kebanyakan petani yang eksis dalam berusahatani tidak menggantungkan kehidupan mereka pada satu komoditi saja. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, mereka memiliki lahan (tanaman semusim dan atau tahunan), ternak (ruminansia, unggas, dan atau ikan), atau kedua-duanya (lahan dan ternak), walaupun jumlah kepemilikan lahan dan ternak tersebut relatif terbatas.

Dalam waktu tertentu, seorang petani dapat mengolah lahan dan memelihara ternak. Status mereka dapat berubah-ubah dari buruh tani, petani penggaduh, petani penyewa, dan atau sekaligus sebagai petani pemilik dalam satu kurun waktu.

Diversifikasi usahatani telah tumbuh dan berkembang di perdesaan, salah satunya bertujuan untuk mengantisipasi resiko usaha dari kegagalan usahatani sejenis. Namun pola integrasi (mix farming) belum banyak dilakukan atau dikenal oleh petani skala kecil, karena umumnya pola usaha yang dilakukan adalah subsisten. Padahal kesempatan untuk melakukan integrasi sangat besar ditinjau dari potensi lahan dan ternak yang ada. Salah satu penyebabnya adalah penguasaan dan pemanfaatan teknologi pertanian. Pada Tabel 2 ditampilkan karakteristik sistem usahatani dengan pemanfaatan teknologi pertanian menurut Handaka et al (2009).

Tabel 2. Karakteristik Hubungan Sistem Usahatani dengan Pemanfaatan Teknologi Pertanian.
Variabel Subsisten Integrasi Semi Komersial Komersial
Input Semuanya diusahakan sendiri Campuran antara diusahakan sendiri dan dibeli dari tetangga Dibeli di pasar atau kios, sudah memiliki standar/sertifikat Dibeli di pasar dengan standar dan kualitas
Tenaga kerja Semua tenaga kerja sendiri Campuran antara dalam keluarga dan luar keluarga Sebagian besar tenaga kerja luar (sewa/upah) Luar dan mekanisasi
Penggunaan output Untuk sendiri Kebanyakan untuk sendiri, surplus dijual Sebagian dipakai sendiri, surplus dijual Dijual komersial
Diversifikasi Tidak/belum ada Ada namun terbatas Ada Spesialisasi
Kelembagaan Tidak/belum dikenal atau tidak terlibat Masih antar anggota/gotong royong kuat Ada, perlu bantuan kredit dari lembaga keuangan Mutlak diperlukan
Mekanisasi Semuanya manual/hewan Manual/tenaga ternak/mekanisasi Sebagian mekanisasi Sebagian besar atau seluruhnya mekanisasi

Tabel 2 menunjukkan bahwa sistem usahatani integrasi (mix farming), merupakan pengembangan dari sistem usahatani subsisten. Pada sistem integrasi ini, ada upaya petani untuk menggunakan modal dalam pembelian input, penggunaan tenaga kerja luar keluarga dalam pengelolaan usaha, menjual kelebihan hasil usahatani, menerapkan perpaduan pemanfaatan tanaman dengan ternak, melibatkan kelompok tani/kelompok masyarakat dalam usaha, serta telah mengenal mekanisasi dalam skala kecil.

Dalam skala luas, integrasi sapi dengan kelapa sawit dapat saja melibatkan peranan perusahaan perkebunan swasta karena didukung oleh luas kepemilikan lahan yang besar. Sebagai contoh, pada tahun 2008 luas tanaman sawit di Indonesia sekitar 7 juta hektar yang tersebar di 18 propinsi, Perkebunan Besar Swasta (PBS) memiliki 3,5 juta ha (50%), Perkebunan Besar Negara (PBN) 650 ribu hektar (9,3%), dan Tanaman Sawit Rakyat (TSR) 2,85 juta ha (40,7%) (Chaniago, 2009). Luas kepemilikan kebun sawit oleh swasta yang sedemikian besar menjagi peluang yang juga sangat besar dalam pengembangan integrasi sapi dengan kelapa sawit yang dapat saja melibatkan petani pada kebun inti atau pada kebun plasmanya.

Integrasi Ternak Sapi dengan Kelapa Sawit

Usahatani ternak sapi menghadapi tantangan penyusutan lahan sehingga produksi hijauan dan hasil samping pertanian yang dapat dijadikan pakan sapi juga ikut berkurang. Disisi lain, usahatani ternak sapi dituntut untuk terus memacu produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri yang terus berkembang. Memacu produksi melalui pemberian konsentrat tidaklah ekonomis, karena harganya terlalu mahal dan terus naik, karena bahan bakunya sebagian diimpor dan bahan baku asal dalam negeri bersaing dengan kebutuhan lain. Untuk menghadapi tantangan tersebut, pengembangan usaha ternak sapi ke depan dapat bertumpu pada pemanfaatan hasil samping perkebunan, yang tidak lagi dianggap sebagai limbah, namun sebagai sumberdaya (Suharto, 2003).

Jika dianalisis secara umum, dapat diketahui bahwa integrasi sapi dengan kelapa sawit yang dapat dilakukan petani umumnya mengisi relung sistem pertanian integrasi atau semi komersial. Hal ini karena usahatani integrasi hanya dapat dilakukan oleh petani yang memiliki lahan kelapa sawit dan ternak sapi. Dari segi penguasaan modal produksi, petani pelaksana integrasi sapi dan kelapa sawit relatif memiliki taraf kehidupan yang lebih baik daripada petani subsisten.

Dukungan perusahaan perkebunan swasta maupun pemerintah melalui sistem inti-plasma dapat ikut mendukung usaha integrasi sapi dan tanaman perkebunan jika hal ini menjadi salah satu perhatian perusahaan. Petani yang memiliki/merawat kebun dapat saja mengintegrasikan kebunnya sebagai sumber pendapatan utama dengan ternak sapi yang dibantu melalui kredit lunak oleh perusahaan perkebunan (bagi petani plasma) maupun melalui program pemerintah (petani rakyat). Limbah tanaman perkebunan yang melimpah dapat dijadikan pakan ternak sapi, sebaliknya ternak sapi dapat menjadi tenaga kerja dan sumber pupuk organik bagi tanaman.

Melalui pola di atas, efisiensi usaha perkebunan meningkat melalui pengurangan pupuk kimia karena telah disubstitusi oleh pupuk organik yang dapat diolah dari kotoran sapi serta biaya angkut menjadi lebih murah karena dapat menggunakan sapi sebagai tenaga kerja, khususnya dari lokasi-lokasi kebun yang sulit dijangkau. Efisiensi usaha ternak dapat ditingkatkan melalui penyediaan pakan yang kontinyu dari limbah perkebunan, mudah dan murah diperoleh. Dengan demikian, masalah limbah, baik dari ternak sapi maupun dari kebun/pabrik dapat teratasi.

Pengembangan peternakan sapi terkendala oleh penyediaan pakan yang berkualitas karena semakin terbatasnya lahan untuk penggembalaan dan untuk penanaman hijauan makanan ternak. Oleh karena itu, Pemerintah melalui Program P2SDS mendorong agar usaha peternakan rakyat dapat diintegrasikan dengan usaha perkebunan atau pertanian pangan/hortikultura. Strategi ini penting karena usaha pertanian non peternakan menghasilkan limbah atau biomassa yang berpotensi sebagai sumber pakan bagi ternak, salah satunya berasal dari perkebunan kelapa sawit (Siahaan et al, 2009).

Selanjutnya Siahaan et al (2009) menambahkan bahwa tanaman kelapa sawit yang diintroduksi sejak tahun 1848 ke Indonesia, merupakan komoditas penting bagi Indonesia sejak awal tahun 1980-an. Bila daging sapi merupakan sumber protein hewani, kelapa sawit merupakan sumber utama minyak dan lemak nabati untuk pangan bagi penduduk Indonesia.

Kontradiksinya yaitu bila ternak sapi masih diimpor, minya sawit merupakan barang ekspor yang pada tahun 2008 volume ekspornya mencapai 13 juta ton (72,2%) dari volume produksi 18 juta ton dengan nilai ekspor 12 milyar dollar Amerika Serikat. Ketergantungan terhadap ekspor ini mempunyai potensi pelemahan terhadap viabilitas industri kelapa sawit. Terbukti bahwa penurunan harga yang terjadi dua tahun terakhir ini terkait dengan krisis finansial global telah memukul pelaku bisnis kelapa sawit, dan yang paling terpengaruh adalah petani skala kecil (smallholder) (Siahaan et al, 2009; Chaniago, 2009). Selain itu biaya produksi juga meningkat karena harga pupuk yang melonjak tinggi akhir-akhir ini, biaya tenaga kerja yang juga meningkat dan semakin besarnya penyediaan Tandan Buah Segar (TBS) ke pabrik yang berdampak pada harga jual yang cukup rendah. Diversifikasi usaha perkebunan sawit yang terintegrasi dengan usaha lain perlu dilakukan untuk mengurangi gejolak perubahan harga. Salah satunya adalah integrasi perkebunan kelapa sawit dengan peternakan sapi.

Chaniago (2009) melaporkan bahwa keuntungan integrasi sapi dengan kelapa sawit adalah diperolehnya output tambahan yaitu lebih banyak produksi TBS dan Crude Palm Oil (CPO) akibat pupuk organik, penghematan biaya pembuatan kolam limbah pabrik kelapa sawit, penghematan biaya transportasi TBS, penghematan biaya pupuk karena menggunakan pupuk organik sendiri, penghematan pembuatan dan pemeliharaan jalan, pertambahan bobot hidup sapi dengan biaya murah karena pakan limbah yang murah, dan kebersihan lingkungan.

Peternakan sapi di sekitar perkebunan kelapa sawit dimulai dalam bentuk penggembalaan bebas untuk memanfaatkan ketersediaan hijauan berbentuk gulma di bagian bawah tanaman kelapa sawit. Awaludin dan Masurni (2004) melaporkan bahwa pada tahun 2002, terdapat 214 perkebunan kelapa sawit di Malaysia telah melaksanakan sistem integrasi dengan 127.589 ekor sapi dalam program pengendalian hama terpadu pada kebun kelapa sawit. Hasilnya, usaha penggemukan sapi dapat menekan perkembangan gulma sampai 77% sehingga dapat menghemat biaya pengendalian gulma pada perkebunan kelapa sawit.

Di Indonesia, Pusat Penelitian Kelapa Sawit secara konservatif tidak menganjurkan penggembalaan, namun perkandangan pada integrasi sapi dengan kelapa sawit. Hal ini karena mengganggu pertanaman kelapa sawit seperti pengerasan tanah, kemungkinan sapi memakan pelepah muda tanaman sawit yang belum menghasilkan, disamping itu produktivitas sapi relatif rendah karena kurang terkendalinya kualitas dan kuantitas pakan (Siahaan et al, 2009).

Selain menghasilkan CPO sebagai komoditas utama, industri kelapa sawit juga menghasilkan beberapa jenis hasil samping yang potensial untuk digunakan sebagai bahan pakan ternak, yakni serabut mesokarp (palm press fibre/PPF), lumpur sawit (palm sludge/PS), bungkil inti sawit (oil palm frond/OPF), dan pelepah sawit (oil palm trunk/OPT) yang diperoleh dari kebun kelapa sawit. Gambar 2 menampilkan komposisi produk dan hasil samping pabrik kelapa sawit dan potensi pemanfaatannya sebagai pakan ternak (Elisabeth dan Ginting, 2004).

Service Integration: WSI vs SOI







•Merger dan Akuisisi (M&A). Untuk mendapatkan
manfaat M&A maka sistem yang
menangani transaksi yang serupa harus
digabungkan.
•Reorganisasi internal. Meskipun efeknya
tidak sedramatis M&A tapi hal ini lebih
sering terjadi.
•Data yang tidak konsisten/duplikasi/
tersebar.
•Strategi bisnis baru. Misalnya sebuah bank
yang sebelumnya menerapkan online
banking melalui sms, dapat memberikan
layanan pembelian pulsa telepon seluler
melalui sms.
•Menyesuaikan dengan aturan pemerintah.
Level Integrasi
Integrasi dapat dilakukan pada level
berikut ini [1]:
•Integrasi data, penekanannya pada
integrasi data dan biasanya berupa
sinkronisasi content dari berbagai
basisdata. Masalah utamanya adalah
penyatuan skema antar data dan arti
masing-masing elemen data.
•Integrasi message, penekanannya
pada pertukaran message antar aplikasi.
Masalah utamanya adalah konversi
data ke dalam message yang
disepakati dan transformasi dalam
berbagai format yang dimengerti
oleh aplikasi.
•Integrasi komponen, penekanannya
pada membungkus aplikasi lama (legacy
system) menggunakan teknologi komponen
(CORBA, .NET, atau J2EE) dan
menggabungkan komponen melalui
interface. Masalah utamanya adalah
integrasi antara model komponen yang
berbeda.
•Integrasi aplikasi, mengintegrasikan
aplikasi menggunakan API yang dipublikasikan,
format message, skemabasisdata, atau teknik lainnya. Masalah
utamanya adalah penyatuan model data
antar aplikasi.
•Integrasi servis, penekanannya pada
pembuatan servis bisnis abstrak yang tidak
terikat pada basis data, model komponen,
atau paket aplikasi tertentu. Masalah
utamanya adalah kesiapan artitektur
integrasi sehingga interface servis dapat
benar-benar dipisahkan dari implementasi

Jumat, 03 April 2009

Tugas Riset Teknologi Informasi

Judul : Pergaulan mahasisa di lingkungan sekitar ( Kampus )
Oleh : Dewi Aprilawati
Npm : 43A87006060037
Jurusan : S1 / Teknik Informatika
_ Semester 6 / Pagi _
Tugas : Riset Teknologi Informasi

PERGAULAN MAHASISWA DI LINGKUNGAN SEKITAR (KAMPUS)

A. Latar Belakang

Masa remaja dapat di katakan sebagai masa peralihan antara masa anak ke masa dewasa.anak yang menginjak masa remaja sudah tidak dianggap sebagai anak iagf tetapi belum diterima sebagai orang dewasa.Dari pemyataan diatas maka banyak anak padu masa remaja berusaha melepaskan diri dari orang tua dan ingin mencari idenlitas diri dengan memajukkan berbagai cara-cara tertentu.
Kata ”Remaja” mengandung beraneka kesan bahwa remaja merupakan kelompok biasa yang tiada beda dengan kelompok manusia lain,kelompok orang-orang yang menyusahkan orang tua serta remaja adalah sebagai potensi manusia yang perlu di manfaatkan (Andi Mapiare:l1).Tetapi mana kala remaja mempunyai kesan tersendiri bahwa ketakacuhan atau ketidak pedulian orang-orang dewasa terhadap kelompoknya juga kelompok minoritas yang punya warna tersendiri yang sukar di jamah oleh orang tua.
Remaja sekarang merupakan kelompok manusia yang penuh potensi.vitalitas.semangat patriolis dan harapan penerus Bangsa dan Pembangunan Nasional .Usaha yang dapat dilakukan dalam rangka mencapai arah tujuan yang lermaksud di atas yaitu ada berbagai segi pendekalati baik melalui pendidikan formal atau informal yang mana sangat perlu adanya pengerticn dan pemahaman pembimbing terhadap remaja yaitu dengan mengetahui dan mengerti tentang pertumbuhan dan perkembangan khususnya dalam mengantar remaja menuju kematangan psikis dan sosialnya . Pemahaman terhadap remaja akan scmakin jelas bila diketahui bahwa adanya kelompok-kelompok yang terdiri dari jenis kelamin yang berbeda baik sekelompok sahabat (cliques),sahabat karib (chums) maupun kelompok gangs (crowds).
Dalam kelompok-kelompok yang ada ini diketahui memang terjadi dinamika yang tidak sederhana seperti apa yang nampak mata ,sebab didalamnya terjadi aneka peristiwa yang dapat digolongkan dalam soal-soal persahabatan dalam pergaulan ,soal pemimpin dan kepemimpinan dan juga adanya pengaruh yang kuat dari teman sebaya yang sangat berpengaruh pada perkembangan,pcnyesuaian diri pribadi dan sosial dalam ruang lingkup yang lebih luas dengan adanya kelompok.contohnya di lingkunagan STMIK BANI SALEH. Dalam pergaulan juga tidak terlepas dari lingkungan sekitar,karena sedikit banyaknya linglungan juga mempengaruhi mahasiswa dalam bergaul, jika di lingkungan sekitarnya banyak teman yang berprilaku baik maka secara tidak langsung mahasiswa tersebut juga akan ikut berperilaku baik seperti mahasiswa lain di sekitarnya. Tetapi jika ada satu atau lebih mahasiswa disekitar lingkungan nya berperilaku tidak baik atau buruk maka dengan sendirinya mahasiswa tersebut juga akan ikut berperilaku buruk dan melakukuan hal-hal yang tidak baik.contohnya jika salah satu teman mereka merokok lalu kita di ajak untuk mencoba maka mau, tidak mau karena tidak enak maka kita akan mencobanya juga.itu baru contoh kecilnya, bagaimana jika kalau kita di bujuk untuk melakukan hal yang lebih buruk lagi???masih banyak contoh yang lainnya. Padahal kita adalah salah satu harapan bagi bangsa indonesia.bagaimana bangsa indonesia mau beranjak dari kertepurukan masalah, kalau penerusnya saja seperti itu pergaulannya???

B. Solusinya
Sebagai mahasiswa kita harus bisa dan harus pintar-pintar memilih teman dalam pergaulan agar tidak terjerumus dalam pergaulan yang tidak kita inginkan juga agar bangsa indonesia mempunyai penerus yang dapat di banggakan.